Monday, March 1, 2010

Belajar dari Dakwah Aa Gym

Pendahuluan

Sesungguhnya, dari dahulu hingga sekarang setiap rasul memiliki dua tugas yang sama, yaitu menyerukan tauhid dan menjauhi thaghut. Tugas mulia tersebut kemudian dilanjutkan oleh para ulama, kiayi, mubalig, dan dai.

Kedua tugas tersebut dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.’" (An-Nahl: 36).

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa seluruh rasul yang diutus Allah menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah dan melarang mereka dari ibadah kepada selainnya. Sementara itu, menurut Al-Qurthubi, yang pertama ayat tersebut berisi perintah untuk menyembah Allah serta mentauhidkannya dan yang kedua berisi perintah untuk meninggalkan semua sesembahan selain Allah, seperti setan, dukun, berhala, dan semua yang menyeru pada kesesatan.

Jika dihubungkan dengan surat Al-Ashr ayat 1-5, maka setiap Muslim memiliki empat kewajiban. Yaitu, berilmu, mengamalkan ilmu, mendakwahkan ilmu, dan bersabar dalam ketiganya.

Dakwah sendiri memiliki beberapa manfaat, yakni tiada orang yang lebih baik perkataannya dibandingkan orang yang mengajak kepada agama Allah, orang yang berdakwah mendapat predikat orang yang beruntung, dan orang yang berdakwah akan mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya.

Oleh karena itu, dakwah ini tidak hanya menjadi tugas para dai, tetapi juga tugas bagi setiap Muslim kapan saja dan di mana saja, baik secara individu maupun berjamaah.

Bertolak dari sini, dalam tulisan ini penulis akan mengkaji fenomena dakwah Abdullah Gymnastiar atau yang populer dengan sebutan Aa Gym. Fokus tulisan ini adalah pada pemaparan dan analisa terhadap dua unsur dakwah, yaitu Aa Gym sebagai dai dan tema manajemen kalbu sebagai prioritas tema yang disampaikan kepada masyarakat.

Konsep Dakwah Aa Gym

Aa Gym lahir dengan nama asli Yan Gymnastiar di Bandung, pada tanggal 29 Januari 1962. Ketika berangkat haji pada tahun 1987 ia mendapat nama tambahan Abdullah. Selanjutnya, orang banyak memanggilnya dengan Aa (Sunda: kakak) Gym.

Semangat belajar agama Aa Gym banyak terinspirasi oleh adiknya, Agung Gun Martin, yang meskipun lumpuh, tapi memiliki keimanan yang lebih kuat. Semangat tersebut lebih kuat setelah Aa Gym mimpi bertemu dengan Rasulullah.

Sesudah belajar dan mulai memahami agama, ada kerinduan yang aneh di hati Aa Gym, yaitu semangat untuk shalat berjamaah tepat waktu. Di samping itu, ia juga sering menangis dan hatinya bergetar ketika mendengar nama Allah serta menyendiri di masjid.

Hal itu ia lanjutkan dengan berkelana mencari ilmu dan guru ngaji. Di antara ustadnya ialah KH. Junaidi dari Garut dan KH Choer Affandy dari Tasikmalaya. Seiring dengan bertambahnya ilmu agama, Aa Gym mulai mengembangkan dakwahnya.

Dakwah pertama kali yang ia lakukan ialah dakwah pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan rumah. Dakwah di lingkungan rumah ini ia mulai di masjid At-Taqwa, yang tepat berada di depan rumah orang tuanya. Ia juga mengadakan pengajian di rumah orang tuanya. Tidak hanya itu, dakwah tersebut juga ia lakukan di rumah kontrakannya. Setelah itu, Aa Gym melanjutkan dakwahnya ke seantero kota dan selanjutnya untuk Indonesia secara lebih luas.

Dalam perkembangan selanjutnya, Aa Gym akhirnya mendirikan Pesantren Daarut Tauhiid (DT) yang diharapkan bisa menjadi miniature realita bagaimana Islam bisa menjadi solusi bagi lingkungannya. Pesantren tersebut sengaja didesain menjadi pesantren yang benar-benar berbaur dengan masyarakat atau dikenal dengan konsep tanpa batas (virtual).

Daarut Tauhiid juga diupayakan menjadi sebuah percontohan lembaga mandiri yang tidak bergantung pada sumbangan dari umat, tetapi malah sebaliknya bisa menjadi lembaga yang menyantuni sebagian umat. Di antara amal usaha yang dilakukan untuk menunjang hal itu ialah dengan mendirikan super mini market, Cottage Daarul Jannah, dan Cafe Daarul Jannah.

Dalam perjalan dakwahnya, Aa Gym mengembangkan dan menggunakan tiga konsep yang dikenal dengan 3 M, yaitu:
1.Mulailah dari diri Sendiri
Menurut pandangan Aa Gym, seseorang tidak bisa mengubah orang lain tanpa diawali dengan mengubah diri sendiri. Jika diawali dengan diri sendiri maka setiap perkataan akan menjadi kekuatan yang menggugah dan merubah.

2.Mulailah dari hal yang kecil.
Menurut Aa Gym, sesuatu yang besar adalah rangkaian dari yang kecil. Kalau seseorang belum bisa melakukan sesuatu yang besar, hendaklah ia melakukan sesautu yang kecil. Sebab orang yang terbiasa melakukan sesuatu yang kecil maka Allah akan memberikan kesempatan untuk melakukan hal yang besar dengan cara yang terbaik.

3.Mulailah dari saat ini.
Artinya, siapa pun tidak tahu apakah ia masih memiliki waktu atau tidak, Allah-lah yang Mahatahu ajal manusia. Oleh karena itu, hendaknya seseorang memanfaatkan setiap kesempatan agar efektif menjadi kebaikan.

Aa Gym juga mengembang beberapa konsep yang ia kembangkan dalam dakwahnya, yang dikenal dengan manajemen qolbu. Di antara konsep tersebut ialah konsep dalam manajemen konflik 3 S, yaitu:
1.Semangat bersaudara
2.Semangat mencari solusi
3.Semangat maslahat bersama.

Demikianlah konsep dakwah yang dikembangkan oleh Aa Gym dengan Daarut Tauhiid dan manajemen qolbunya. Diharapkan kaum Muslim dapat mengambil manfaat dari konsep tersebut, tentunya dengan memerhatikan kelebihan dan kekurangannya.

Dakwah Aa Gym berkembang pesat ke seluruh pelosok Indonesia dengan bantuan media massa. Dia tidak hanya dikenal di kota Bandung, tapi juga di kota-kota besar lainnya. Pada waktu itu, dia sering mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan konsep dakwahnya melalui media masa nasional, baik cetak maupun elektronik. Materi dakwah yang dia sampaikan fokus pada manajemen qolbu untuk perbaikan pribadi dan masyarakat.

Dakwah untuk Kamera Tak Bertahan Lama

Aa Gym mengakui bahwa dakwah di televisi bukan hal yang mudah. Dakwah tersebut harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Dia bahkan takut tampil jika tidak dengan kesiapan hati dan ilmu memadai. Aa Gym menyadari bahwa dakwahnya dulu tidak apa adanya. Banyak hal yang disesuaikan dengan kebutuhan kamera alias televisi, atau sutradara. Sekarang Aa tidak mau lagi.

Menurut Aa Gym, dakwah di televisi penuh dengan rakayasa yang bisa membuat kemasannya kurang bermanfaat. Hal itu karena televisi membutuhkan sesuatu yang menarik untuk ditonton. Di situlah ujian kelapangan, pujian, dan penghormatan menghampiri dai yang naik daun seperti dirinya. Maka, wajar saja jika banyak dai yang berdakwah lewat telivisi tidak mampu menghadapi ujian tersebut. Bahkan, tak sedikit yang terjebak dalam salah tujuan dan kemunafikan.

Surutnya dakwah Aa Gym di televisi bermula ketika media massa memberitakan kisah poligaminya dengan seorang janda bernama Alfarini Eridani. Pasca berita tersebut, Aa Gym seakan hilang ditelan bumi. Belakangan dia jarang tampil di televisi dan media cetak lainnya. Pemberitaan media yang bertubi-tubi itu melahirkan stigma yang salah soal poligami. Berbagai hujatan tertuju padanya, terutama dari ibu-ibu yang selama ini menjadi penggemarnya.

Evaluasi Perjalanan Dakwah

Setelah dakwah Aa Gym surut, dia mengevaluasi perjalanan dakwahnya yang telah berlangsung selama 22 tahun. Salah satu hasilnya, dia harus hati-hati terhadap apa yang disampaikan dan jangan sampai bersifat munafik. Yakni, menyampaikan kepada orang lain, tapi dirinya sendiri tidak mengamalkannya. Apa yang keluar dari mulut, harus sesuai dengan apa yang ada di hati.

Aa Gym memandang bahwa ukuran sukses bukanlah terkenal dan dipuji. Menurutnya, sukses seperti itu justru cobaan yang lebih berbahaya. Sadar akan kekhilafan yang dilakukan dalam dakwah sebelumnya, Aa Gym pun bertafakur memuhasabah diri. Ada dua hal yang dia evaluasi. Pertama, memeriksa niat; apakah sesuai antara yang disampaikan dengan yang dilakukan. Apakah selama ini ada tujuan selain Allah? Kedua, memeriksa kemunafikan; apakah selama ini ada sifat-sifat munafik yang bersemayam dalam diri? Bisa jadi selama ini dirinya banyak pura-pura dalam berdakwah.

Jika dulu Aa Gym fokus memperbaiki umat, maka dia sekarang lebih fokus memperbaiki diri. Tema dakwah yang disampaikan Aa Gym pun berubah. Dahulu akhlak dan sekarang tauhid. Dia menuturkan, “Kalau tauhid sudah kokoh, akhlak akan keluar dengan sendirinya. Akhlaknya juga murni, tidak dibagus-baguskan karena orang. Kita baik karena ingin orang lain baik. Kita senyum karena ingin dianggap rama. Ini bukan termasuk akhlakul karimah.”

Aa Gym juga mengevaluasi bahwa Darut Tauhiid itu diawali dengan keyakinan yang kuat kepada Allah. Tapi, ketika Allah menguji dengan popularitas, banyaknya tamu, dan melimpahnya uang, tauhidnya pun bergeser.

Analisa

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa dakwah yang dilakukan untuk mengejar popularitas tidak akan bertahan lama. Dakwah semacam itu tidak mampu memberi pengaruh yang signifikan bagi perbaikan individu dan masyarakat. Tujuan dan orientasi dakwah Aa Gym dengan manajemen qalbunya yang memprioritaskan perbaikan akhlak daripada tauhid ternyata menurut fikih dakwah hal itu sudah melenceng.
Seharusnya, tujuan dan orientasi dakwah yang dipegang oleh Aa Gym tidak boleh lepas dari tiga hal berikut ini.

1.Membangun masyarakat Islam sebagaimana para rasul yang memulai dakwahnya di kalangan masyarakat jahiliyah. Para rasul itu mengajak manusia untuk memeluk agama Allah, menyampaikan wahyu Allah kepada kaumnya, dan memperingatkan mereka dari syirik kepada Allah.
2.Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah berupa penyimpangan dan tampak di dalamnya sebagian dari kemungkaran-kemungkaran, serta diabaikannya kewajiban-kewajiban oleh masyarakat tersebut.
3.Memelihara keberlangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran, yaitu dengan pengajaran terus-menerus, tadzkir (pengingatan), tazkiyah (penyucian jiwa), dan ta’lim (pendidikan).

Setiap dai harus selalu berpegang pada ketiga tujuan dakwah ini, yaitu menyerukan tauhid, memperbaiki penyimpangan yang terjadi di masyarakat, dan memelihara keberlangsungan dakwah. Ketiga hal ini saling berkait dan tidak boleh diabaikan salah satunya.

Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa Aa Gym menyadari kekeliruannya dalam masalah pokok ini. Dia bahkan berpesan kepada para dai muda yang sedang naik daun untuk berhati-hati terhadap jebakan popularitas, penghargaan, pujian, dan penghormatan. Menurutnya itu bukan tanda kesuksesan melainkan cobaan yang besar dan sangat merusak bagi dirinya. Jika mereka tidak berhati-hati bisa berbahaya.

Salah satu sebab kegagalan dakwah Aa Gym terhadap masyarakat luas adalah tidak terpenuhinya faktor-faktor keberhasilan dakwah yang meliputi 5 hal. Kelima hal tersebut adalah pemahaman yang rinci, keimanan yang dalam, kecintaan yang kokoh, kesadaran yang sempurna, dan kerja yang kontinu.

Adapun secara personal, pada diri Aa Gym belum melekat sifat-sifat dai yang hakiki. Hal ini diakuinya sendiri bahwa dakwahnya dahulu disesuaikan dengan kebutuhan kamera atau sutradara. Padahal, pada seorang dai harus melekat delapan sifat pokok, yaitu amanah (terpercaya), shidq (jujur), ikhlas, rahmah (kasih sayang), lemah lembut, santun, sabar, perhatian terhadap obyek dakwah, tsiqah (komit), dan wa’iy (sadar).
Setiap dai hendaknya benar-benar memahami tabiat jalan dakwah. Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga harum, tetapi merupakan jalan sukar dan panjang. Sebab, antara hak dan batil ada pertentangan nyata. Dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul beban berat.

Berkaitan dengan metode dakwah yang tampak dibagus-baguskan di depan kamera, maka seorang dai perlu sadar bahwa melaksanakan tugas dakwah di tengah masyarakat tentu tidak cukup hanya dengan retorika dan kefasihan mengucapkan berbagai dalil agama. Justru yang lebih penting dalam kegiatan dakwah adalah keteladanan dari juru dakwah itu sendiri. Dakwah akan lebih efektif dan membuahkan hasil yang maksimal manakala juru dakwah bisa mewujudkan satunya kata dengan tindakan. Kalau juru dakwah hanya pandai bermain retorika, tapi tidak sesuai dengan tindakan, akan membuat masyarakat enggan untuk mengikutinya. Untuk itu, kata kunci dari keberhasailan dakwah adalah keteladanan.

Fenomena lain yang tidak ideal dalam dakwah Aa Gym adalah dalam prioritas tema yang disampaikan. Aa Gym selalu menekankan dakwahnya pada tema pembentukan akhlak mulia dan mengabaikan masalah tauhid. Ini jelas tidak bisa dibenarkan.

Sesungguhnya, perbaikan umat dan masyarakat akan selalu dimulai dari perbaikan pribadi, dan perubahan pribadi dimulai dari perubahan diri yang diawali dari sisi-sisi hatinya. Perbaikan jiwa ini akan terjadi dengan adanya keimanan yang mantap dan penjernihan yang terus menerus. Adapun jika jiwa tetap berada dalam kubangan kerusakan dan kesesatannya, maka tidaklah ada gunanya perubahan undang-undang, dan tidak ada guna pula perubahan keputusan-keputusan, tidak pula kekuatan polisi.

Perlu dicatat bahwa bagian awal yang menjadi bagian dari perubahan yang ada dalam jiwa adalah perubahan akidah yang menggambarkan pandangan manusia secara keseluruhan terhadap wujud, serta sikap mereka terhadap makhluk dan khalik, pada materi dan ruh, dunia dan akhirat, yang gaib dan yang nyata. Jadi, perbaikan akidah, pengokohan, dan pemantapannya adalah satu hal paling mendasar untuk terjadinya sebuah perubahan yang ada dalam jiwa.


Penutup

Dari pemaparan di atas, kita bisa melihat bagaimana konsep dan fenomena dakwah Aa Gym. Konsep tersebut dalam batas-batas tertentu terbukti telah berhasil dalam mengembangkan dakwah dan masyarakat di Indonesia. Meskipun akhir-akhir ini citra Aa Gym menurun setelah berpoligami, namun kita harus tetap melihat konsep dakwahnya secara objektif.

Dilihat dari unsur-unsur dakwah, Aa Gym adalah seorang dai yang memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Sebagai manusia, ia juga bisa khilaf dan hatinya condong ketika diuji dengan popularitas dan harta yang berlimpah. Saat itulah dakwahnya mulai melenceng dari tujuan semula.

Adapun dilihat dari unsur dakwah yang lain, yakni maudhu’ atau tema, tema dakwah Aa Gym lebih memprioritaskan akhlak daripada tauhid. Akibatnya, akhlak mulia yang terbangun adalah palsu dan tidak ikhlas keluar dari hati. Seharusnya, tema dakwah yang menjadi prioritas untuk disampaikan adalah masalah tauhid karena ia merupakan kunci perubahan yang ada dalam jiwa.




Daftar Pustaka

Abdullah Gymnastiar. 2006. Aa Gym Apa Adanya. Bandung: MQ Khas.
Abdullah Gymnastiar. 2006. Jagalah Hati. Bandung: MQ Khas.
Ali bin Nayif Asy-Syuhud. 2009. Shahih Fadhilah Amal. Solo: Aqwam.
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI
Hamdan Daulay. 2001. Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik. Yogyakarta: LESFI.
Jum’ah Amin Abdul Aziz. 2000. Fikih Dakwah, Prinsip dan Kaidah Asasi dalam Dakwah. Solo: Era Intermedia.
Musythafa Masyhur. 2001. Fikih Dakwah. Jakarta: Al-I’tisham cahaya umat.
Musthafa Malaikah. 2001. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi, Harmoni Antara Kelembutan dan Ketegasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Suara Hidayatullah, edisi 06, XXII, Oktober 2009, hal. 43
www.altafsir.com