Oleh: Fahrur Mu'is, M.Ag
Sebaliknya, akibat
meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar pun tidak kalah banyak. Berikut ini
di antaranya.
1. Timbulnya kerusakan di muka bumi
Allah berfirman:
“Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
(Al-Anfal: 25).
Azab Allah itu sangat pedih. Jika
azab itu diturunkan di suatu tempat, maka ia akan menimpa semua orang yang ada
di tempat tersebut, baik orang saleh maupun ahli maksiat. Dalam ayat ini, Allah
memperingatkan kaum mukminin agar senantiasa membentengi diri mereka dari siksa
tersebut dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta menyeru
manusia kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran.
Sebab, jika mereka
meninggalkan amar makruf nahi mungkar, maka kemungkaran akan menyebar dan
kerusakan akan meluas. Bila kondisi sudah demikian, maka azab pun akan
diturunkan kepada seluruh komponen masyarakat. Di antara kerusakan yang timbul
akibat meninggalkan amar makruf nahi mungkar adalah sebagai berikut:
a. Para pelaku maksiat dan dosa akan semakin
berani untuk terus melakukan perbuatan nistanya sehingga sedikit demi
sedikit akan sirnalah cahaya kebenaran dari tengah-tengah umat manusia.
Sebagai gantinya, maksiat akan merajalela, keburukan dan kekejian akan
terus bertambah dan pada akhirnya tidak mungkin lagi untuk dihilangkan.
b. Perbuatan mungkar akan menjadi baik dan
indah di mata khalayak ramai, kemudian mereka pun akan menjadi pengikut
para pelaku maksiat.
c. Salah satu sebab hilangnya ilmu dan
tersebarnya kebodohan. Karena tersebarluasnya kemungkaran tanpa adanya
seorang pun dari ahli agama yang mengingkarinya akan membentuk anggapan
bahwa hal tersebut bukanlah sebuah kebatilan. Bahkan bisa jadi mereka
melihatnya sebagai perbuatan yang baik untuk dikerjakan. Selanjutnya, sikap
menghalalkan hal-hal yang diharamkan Allah dan mengharamkan hal-hal yamg
dihalalkan-Nya semakin merajalela.
2. Menyebabkan turunnya siksa Allah
Di antara sebab turunnya
siksa Allah adalah adanya kemungkaran yang merajalela, baik berupa kesyirikan,
kemaksiatan, maupun kezaliman. Hal ini sebagaimana disebutkan Ummul Mukminin
Zainab binti Jahsy bahwa Rasulullah pernah mendatanginya dalam keadaan terkejut
seraya berkata:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَيْلٌ
لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ. وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ الإِبْهَامِ
وَالَّتِى تَلِيهَا. قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ
قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ.
“Lâ ilâha illallâ! Celakalah bangsa Arab,
karena kejelekan yang telah mendekat. Hari ini telah dibuka tembok Ya’juj dan
Makjuj seperti ini–beliau melingkarkan ibu jari dengan jari telunjuknya.” Kemudian
Zainab berkata, “Apakah kita akan binasa wahai Rasulullah, padahal di sekitar
kita ada orang-orang saleh?” Beliau menjawab, “Ya, jika kemungkaran itu sudah
merajalela.” (HR. Muslim).
Makna al-khabas
menurut Muthafa Dib al-Bugha dalam Al-Jami’ ash-Shahih al-Mukhtashar
meliputi kefasikan, kejahatan, dan kemaksiatan. Ketiga hal tersebut juga
tergolong dalam makna “mungkar” yang
berarti setiap perkara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Al-Jawab al-Kafi,
Ibnul Qayyim menukil perkataan Ali bin Abi Thali:
مَا نَزَلَ بَلاَءٌ إِلاََّ بِذَنْبٍِ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاََّ بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah musibah itu menimpa, kecuali disebabkan dosa, dan musibah itu tidak akan diangkat kecuali dengan taubat.”
Dari sini dapat dipahami
bahwa tidak adanya amar makruf nahi mungkar akan menyebabkan tersebar luasnya
kemungkaran. Banyaknya kemungkaran akan menyebabkan turunnya siksa Allah,
meskipun di masyarakat tidak sedikit ditemukan orang-orang yang saleh.
3. Doa tidak dikabulkan
Akibat lain dari meninggalkan amar makruf nahi munkar
adalah tidak dikabulkannya doa manusia. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah:
وَالَّذِى
نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ
لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ
فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul
melaksanakan amar makruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal
itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian
kalian berdoa kepada-Nya, akan tetapi Allah tidak mengabulkan doa kalian.” (HR
Ahmad dan at-Tirmidzi. Dihasankan oleh al-Albani dalam Shahîhul Jâmi’).
Hadits tersebut menunjukkan
bahwa orang yang meninggalkan amar makruf nahi mungkar permintaannya tidak
dikabulkan oleh Allah. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya selalu berusaha
untuk melakukan amar makruf nahi mungkar sesuai dengan kemampuannya.
4. Mendapatkan laknat dari Allah
Umat yang tidak melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar akan mendapatkan laknat dari Allah. Hal ini telah terjadi pada Bani Isra’il, sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah:
“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat dengan lisan Dawud dan
Isa putra Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampauhi
batas. Mereka satu sama lain senantiasa tidak melarang tindakan mungkar yang
mereka perbuat, sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”
(Al-Maidah: 78-79).
(Al-Maidah: 78-79).
Dalam ayat tersebut Allah mengabarkan
kepada kita tentang kemaksiatan yang menyebabkan Bani Israil dilaknat oleh
Allah. Yaitu mereka melakukan kemungkaran dan tidak ada seorang pun dari mereka
yang mencegah saudaranya dari kemaksiatan yang ia lakukan. Maka, para pelaku
kemungkaran dan orang yang membiarkannya mendapatkan hukuman yang sama.
Ath-Thabari dalam tafsirnya
berkata, “Dahulu orang-orang Yahudi dilaknat Allah karena mereka tidak berhenti
dari kemungkaran yang mereka perbuat dan sebagian mereka juga tidak melarang
sebagian lainnya dari kemungkaran tersebut.” http://ustadzmuis.blogspot.com/